Pandemi Wabah Virus Corona Di Kota Sragen
Baru –baru ini kota Sragen tempat dimana aku tinggal sedang gempar ,hal ini dikarenakan adanya dua warga dari
kota Sragen yang terindikasi positif Virus Corona oleh karena itu pemerintah
dikotaku menganggap ini adalah KLB (
Kejadian luar biasa) korban yang terindikasi Covid 19 langsung di isolasi tak luput dari itu keluarga dan kerabat
korban juga di isolasi guna mengurangi penyebaran covid 19,dan daerah tempat
korban berada yaitu Mojo dan Kedugupit menjadi Zona merah,atau masih
terindikasi lain korban selanjutnya dari korban sebelumya
Corona
sendiri adalah sebuah keluarga virus yang
ditemukan pada manusia dan hewan. Sebagian virusnya dapat mengingeksi manusia
serta menyebabkan berbagai penyakit, mulai dari penyakit umum seperti flu,
hingga penyakit-penyakit yang lebih fatal, seperti Middle East Respiratory
Syndrome (MERS) dan Severe Acute Respiratory Syndrome (SARS)
Seringkali virus ini menyebar antara
manusia ke manusia melalui tetesan cairan dari mulut dan hidung saat orang yang
terinfeksi sedang batuk atau bersin, mirip dengan cara penularan penyakit flu.
Tetes cairan dari mulut dan hidung pasien tersebut bisa jatuh dan tertinggal
pada mulut dan hidung orang lain yang berada di dekatnya, bahkan dihisap dan
terserap ke dalam paru-paru orang tersebut melalui hidungnya.
Kata lockdown akhir-akhir ini sering digaungkan,
terutama di media sosial. Banyak orang mendesak pemerintah Indonesia untuk
menerapkan kebijakan serupa negara-negara lainnya yang juga terdampak pandemi
COVID-19. Namun tahukah Anda, apa sebenarnya lockdown?Lockdown,
secara harafiah artinya dikunci. Jika istilah ini digunakan pada masa pandemi
penyakit seperti sekarang, lockdown bisa diartikan sebagai penutupan akses
masuk maupun keluar suatu daerah yang terdampak.
Karena mudahnya penyebaran virus ini maka warga di
desaku desa Puro tepatnya tanggal 13 april 2020 mulai menerapkan sistem
lockdown,yang mana akses jalan menuju desa puro ditutup kecuali pintu utama
yang dijaga oleh para warga dan pemuda karangtaruna termasuk aku,jadi setiap
warga dari luar desa puro wajib menunjukan KTP guna mengenali identitas serta
tujuan mau ke desa Puro dan warga didesaku wajib menggunakan masker apabila
berpergian diluar desa Puro.Sistem Lockdown ini sudah dirapatkan sebelumnya
oleh masing masing Rt dari mulai kapan hingga sampai masa berakhirnya..Penjagaan
Lockdown di desaku dimulai pukul 07:00 pagi- 18:00 (untuk karang taruna) dan 19:00-04:00 (bapak –bapak
warga desa puro) suapaya memberikan rasa aman kepada warga khususnya warga
desa Puro,Lockdown didesaku ini
dilakukan menggunakan alat seadanya yaitu berupa kayu dan kertas karton besar
yang bertuliskan LOCKDOWN,tak hanya itu untuk memberikan semangat kepada para
penjaga ,para penjaga tersebut dibayar serta diberikan rokok .
Suasana malam hari di post penjagaan desa Puro
Sistem Lockdown ini ampuh menahan laju
penyebaran virus Covid 19 . Sebab dengan lockdown, masyarakat mau tidak mau
harus berdiam diri di rumah. Toko-toko tutup, kantor, sekolah, hingga pusat
ibadah pun sama. Kebijakan ini membuat virus tidak bisa dengan mudah menempel
dari satu orang ke orang lainnya. Lockdown didesa puro sendiri
diperkirakan akan berakhir sampai akhir bulan April,warga didesaku mempunyai
kebijakan apabila ada warganya yang sedang sakit maupun gejala Virus maka
diwajibkan untuk pergi kerumah sakit apa bila tidak ada dana ,maka dapat
menggunakan dana chas desa yang dapat diganti sewaktu-waktu ,dan dilarang
berpergian jauh dari rumah sampai gejala yang ditimbulkan hilang atau sudah
merasa sehat kembali.
Namun dibalik itu semua aku
beranggapan bahwa sistem lockdown ini tidak efektif hal ini dikarenakan di balik kebijakan tersebut, juga muncul berbagai
masalah baru, mulai dari sisi ekonomi hingga kesehatan. Dilansir dari NPR, Dr.
Laura Hawryluck, profesor bidang kedokteran perawatan kritis dari University of
Toronto, mengatakan bahwa banyak warga di Wuhan yang sebenarnya tidak sakit
secara fisik, mengalami gangguan kecemasan yang parah, perasaan terisolasi dan
stres sejak kebijakan lockdown dijalankan.
Laura menambahkan bawah stres yang dirasakan merupakan akumulasi dari
rasa takut tertular penyakit, rasa takut menularkan ke orang terdekat, dan
kecemasan soal penghasilan yang hilang tiba-tiba, karena mereka sudah tidak
lagi bisa bekerja. Tanpa lockdown pun, pandemi virus corona sudah memicu
masalah mental yang cukup serius. Penelitan lain yang
dilakukan di Tiongkok menyebutkan bahwa penyebaran penyakit ini memicu naiknya
angka berbagai masalah mental, terutama depresi, gangguan
kecemasan, dan gangguan panik.
Penelitian ini dilakukan pada 52.730 orang
responden dari 36 Provinsi di Tiongkok. Selain itu, penelitan juga
mengikutsertakan responden yang berasal dari Macau, Taiwan, dan Hongkong.
Dari total jumlah tersebut, responden yang berusia di bawah 18 tahun
memiliki tingkat stres yang paling rendah. Para ahli mengemukakan, hal ini
disebabkan oleh dua hal. Pertama, tingkat penularan dan kematian akibat
COVID-19 untuk rentang usia tersebut tergolong rendah. Kedua, minimnya paparan
terhadap virus akibat kebijakan karantina dari negara.
Sementara itu, tingkat stres paling tinggi, tercatat pada responden
berusia 18-30 tahun serta yang berusia di atas 60 tahun. Tahukah apa faktor
utama orang berusia 18-30 tahun memiliki tingkat stres yang tinggi terkait
corona? Menurut penelitan tersebut, hal ini disebabkan karena mereka secara
mudah mendapatkan informasi mengenai penyakit ini dari media sosial, yang
sifatnya mudah memicu stres.
Sementara itu pada orang berusia di atas 60 tahun, tingginya tingkat
stres disebabkan oleh statistik penyakit yang menyebutkan bahwa lansia lah yang
paling rentan tertular dan lebih berisiko mengalami keparahan kondisi, apabila
tertular.
Selain dampak secara mental, kebijakan lockdown juga berdampak pada
kualitas pelayanan kesehatan di fasilitas kesehatan setempat. Di Tiongkok,
misalnya. Saat Provinsi Hubei mengalami lockdown, pemerintah setempat mengirim
ribuan tenaga medis ke area tersebut untuk bisa menangani para pasien COVID-19
sebelum virus menyebar lebih jauh.Akibatnya, tenaga medis di daerah lain
berkurang, dan menyebabkan perawatan di fasilitas kesehatan tidak bisa berjalan
seefektif biasanya. Padahal kita tahu, COVID-19 bukanlah satu-satunya penyakit
yang saat ini ada di dunia.
Kita semua tidak tahu kapan Pandemi Covid 19 ini
berakhir tak hanya merusak kesehatan tapi virus ini juga merusak kerukunan
antar masyarakat ,hal ini dikarenakan masyarakat terlalu takut dan khawatir
terhadap virus ini,yang membuatnya tidak mau saling berinteraksi antar sesama
bahkan bersalaman maupun bersentuhan,belum lagi korban karena virus ini korban bakal
dikucilkan,dijauhi seakan-akan tahanan yang pulang dari penjara inilah yang
membuat virus ini sangat berbahaya,karena menimbulkan keresahan, merusak
hubungan sosialis antar sesama ,bahkan kematian.
Untuk itu saya sendiri menghimbau apabila ada
kerabat korban yang sudah dinyatakan sembuh dari corona sebaiknya jangan
dijauhi apalagi dikucilkan ,karena hal ini dapat membuat korban depresi bahkan
hingga melakukan bunuh diri jika tidak terkontrol.
Ayo kita bersama melawan corona dengan tidak
meninggalkan rasa kemanusiaan dan rasa sosial terhadap sesama !!



Komentar
Posting Komentar